Selama ini, ketika melihat novel
baru, baik di toko buku maupun perpustakaan yang pertama kali saya lihat adalah
cover depannya. Semakin unik cover depannya semakin ingin aku membacanya. Mungkin
karena saya juga unik, hehehe. Terakhir saya meminjam sebuah buku (bukan novel
sih, tapi kumcer) di perpustakaan daerah, saya tertarik sama sebuah kumcernya
Umar Kayam, Seribu Kunang-Kunang di Manhattan. Alasan utamanya karena saya suka
covernya yang unik: putih polos dengan judul di atas dan sebuah ilustrasi yang
unik. Selebihnya karena saya lagi ingin membaca cerpen saja hehehe. Siapa tahu saya
bisa menemukan formula kepenulisan cerpen seorang Umar Kayam. Itu namanya
bonus.
And then, kembali ke Maya Maia, dari
desain covernya yang juga unik seperti saya: background polos dengan judul di tengah-tengah
dan empat gambar ilustrasi tokoh serta
macam-macam alat sehari hari membuat saya tertarik. Kisah segi empat kah? Alat-alat
perlengkapan sehari-hari itu dalam benak saya menunjukkan bahwa novel ini erat
sekali dengan keseharian. Tapi satu yang membuat mata saya tertarik lagi,
ilustrasi perempuan berkepang dua. Ini mengingatkan saya pada sosok gadis desa,
mungkinkah tokoh di dalam novel ini adalah gadis desa yang udik yang pergi ke
kota? Bisa jadi. Penasaran[dot]com.
Dan setelah lihat review Maya Maia di blognya kak Annesya ternyata 100% salah besar, novel ini sama sekali tidak
berkisah tentang kehidupan di dunia maya. Sementara tebakan saya tentang gadis desa sedikit
ada benarnya, yeyeye, hore. Jadi tambah penasaran nih pingin baca isinya.
Tulisan yang panjang x lebar di atas
adalah sedikit kesan saya ketika melihat judul dan cover novel Maya Maia. Dan inilah
yang paling penting dari postingan saya, kenapa saya ingin sekali memiliki
novel Maya Maia? Sebenarnya alasan ini berangkat dari hasrat dan mimpi saya
menjadi seorang penulis fiksi (baca:novel). Menurut para pakarnya di bidang
tulis menulis, nutrisi seorang penulis adalah membaca. Dan karena itu harus ada
yang dibaca, jadilah saya ingin punya yang dibaca yaitu buku. Karena saya ingin
menjadi penulis novel maka saya butuh bacaan novel. Hehehe. Ada banyak cara
yang dilakukan untuk memiliki novel salah satunya adalah ikutan GA yang diadain
kak Annesya. Udah gratis ada tanda tangannya pula. Yang paling penting adalah
siapa tahu saya bisa mengambil formula menulis dari kak Annesya. Saya sangat
salut dengan kak Annesya, diumurnya yang sekarang ia sudah bisa menelurkan 2 buku,
sementara saya, setiap kali nulis selalu mandek di tengah jalan. Dan sampai
saat ini belum bisa melahirkan seorang bayi (baca:novel) #Sad. Tetapi saya masih punya keyakinan bahwa bisa melahirkan novel. Aamiin.
And Mudah-mudahan saya
bisa mendapatkan novel Maya Maia.:) :) :)
Selalu Semangat
-Tulisan ini saya ikutkan GA dari blognya kak Annesya
jangan panggil kakak. nanggung. nenek sekalian... lol
ReplyDelete