Ada sebuah cerita yang semalam mengganjal pikiranku. Tentang sebuah pengakuan. Tentang hal yang ingin dianggap. Tentang keegoisan. Tentang ke-AKU-an.
Aku sedikit mengerti tentang perasaanmu bila smsmu tidak di balas.
Aku juga cukup mengerti dengan sikap ke-NGeyelan-ku. Mengerti sangat.
Aku juga paham bahwa aku jarang sekali berbagi masalahku denganmu. Apa kau tahu kenapa? Karena aku tak mau dianggap lemah. Aku selalu berfikir bahwa aku bisa bangkit tanpa -Kamu-. Dan aku juga tidak ingin kesediahan ataupun penderitaan ini kembali membuatku sedih. Biarlah aku sendiri yang menanggung.
Suatu saat mungkin kamu akan berbicara bahwa "Kita ini saudara sesama muslim, kita seakidah, sudah sepantasnya kita saling tolong menolong. Kita ini satu tubuh."
Iya kamu benar. Bahkan aku juga sangat memahami hal ini. Tapi sungguh ada kalanya aku berbagi padamu, tapi ada kalanya biarkan aku sendiri yang tahu.
Jujur suatu ketika aku sangat ingin berbagi denganmu
Tapi entah kenapa aku menjadi seperti seorang anak yang mendapat wejangan-wejangan dari ibunya.
Jujur bukan seperti itu yang aku harapkan. Aku butuh seorang teman.
Penggalan drama di atas adalah buah dari kegalauan seorang anak manusia ketika berinteraksi dengan teman sebayanya. Kadang kala sebuah rasa Ke-AKU-an memang kerap kali muncul. Dan bahkan tidak dapat di pungkiri bahwa perasaan ini sangat bisa menjadi dominan dalam pergaulan antar remaja. Tentang Ke-aku-an.
Terus bagaimana yang bisa dilakukan??? masih dalampencarian??? mungkin sobat Craft ada yang bisa kasih usul.???
di tunggu Komentnya.....
0 komentar:
Post a Comment